Tentang Teman-Teman Sekolah Dasar
Bismillah..
Semoga tulisan ini bisa menjadi warna tersendiri untuk cerita hidup yang kulalui selama ini.
Kini kita
sama-sama menghadapi usia 20an. Entah bagaimana kalian memaknai usia ini.
Aku lihat kalian sudah banyak yang membangun pernikahan. Ada yang masih
bekerja. Dan tentu saja kesibukan seperti manusia dewasa pada umumnya. Di
antara kita mungkin ada yang tak pernah saling jumpa sejak usia kita sama-sama
di angka 12. Cukup lama, bukan? Aku belum melupakan kenangan bersama kalian,
tapi mungkin dengan perubahan yang cukup besar aku akan tidak mengenali
perubahan wajah kalian saat ini. Jadi besar kemungkinan jika saling bertemu di
jalan tidak saling sapa. Ditambah sekarang aku juga minus jadi tak bisa melihat
jelas tanpa kaca mata.
Aku tahu, aku
bukan teman spesial yang akan kalian ingat sepanjang hayat. Belajar bersama
selama enam tahun pun di antara kita juga ada yang tidak akrab. Apalagi dengan
12 tahun yang kita jalani tanpa pernah interaksi. Setiap waktu berjalan,
kenangan kita juga akan bertambah. Pasti ada yang tetap tinggal, ada pula yang
akan menghilang.
Namun aku cukup
antusias membahas kenangan kami bersama. Kalau aku ingat-ingat aku juga masih
ingat beberapa peristiwa yang pernah kita lalui bersama. Apalagi beberapa saat
lalu aku menemukan foto kita di sosial media. Ini sungguh membuatku
bernostalgia.
Berteman dengan
kalian juga tak selalu menyenangkan. Aku bukan anak asyik yang suka berteman.
Aku adalah seorang yang kaku dan tak mudah bergaul. Hanya saja kebetulan waktu
itu nilaiku lebih bagus dari kalian,aku juga bukan orang yang pelit untuk
membagi jawaban, jadi kalian mau berteman denganku. Bahkan datang ke rumahku.
Menjemputku saat aku sedang asyik bermain.
Waktu menjelang
kelulusan, aku punya binder baru. Aku juga excited untuk menulis sesuatu. Aku
ingat, waktu itu aku menulis satu persatu dari kalian. Mulai dari penggambaran
karakter kalian sampai kesanku terhadap kalian. Hal yang membuatku malu dan
cukup menyesal adalah ketika aku menyinggung salah satu dari kalian. Jika
kuingat lagi sosok tersebut adalah salah satu dari kalian yang paling tulus terhadapku.
Tapi aku malah menyinggungnya.
Baiklah ,akan aku
tulis ulang tentang kalian yang pernah berjuang bersamaku di sekolah dasar.
Kalian yang turut mewarnai kehidupan masa kecilku. Kalian yang beragam
karakter. Kalian yang kini juga tumbuh mendewasa. Mungkin jika ada waktu dan
kesempatan ini akan menjadi buku dan kubagikan pada kalian jika ada waktu
hehehe. Entah itu kapan ,semoga benar ada ya. Mungkin ketika kita sama-sama
menua.
Dia bernama
Khanti Fitri Wulandari. Sosok teman yang telah kukenal sejak taman kanak. Ia
baik. Tentu saja di sini aku tidak akan membicarakan kekurangan. Bahkan jika
ada kekurangan, mungkin kekuranganku sebagai teman mereka.
Dia biasa
dipanggil Fitri. Meski kita berteman sejak TK, tapi ia tidak lanjut ke SD yang
sama. Anak sekecil itu harus berpisah dengan orang tua dan tinggal bersama
kerabat, sambil menulis ini aku baru menyadari ternyata di antara kami yang
lebih dulu berpisah dengan ortu untuk sekolah adalah Fitri.
Tapi Fitri
kembali waktu kelas 6 SD. Untuk itulah foto Fitri ada.
Hal yang
kusesalkan karena belum dewasa saat itu adalah membiarkan Fitri menjadi korban
bullying. Mungkin disini akan menyinggung anak-anak yang lain. Tapi aku tidak
menyalahkan siapapun. Kami memang masih kecil waktu itu. Banyak faktor mengapa
kami melakukan bullying waktu itu. Tetap tidak boleh dibenarkan dan harus
diakui bahwa itulah bagian dari masa kecil kami.
Aku cukup banyak
menerima kebaikan Fitri waktu Tk maupun ketika kelas 6 Sd waktu itu. Ia sangat
tidak pelit untuk membagi binder karakternya. Walaupun jika kupikirkan
sekarang, bisa jadi semua itu dilakukan karena ia ingin berteman. Ia hanya
tidak ingin sendirian di ruang kelas yang ramai dan luas itu.
Fitri.. terima
kasih ya sudah menjadi temanku waktu itu. Sejak kelulusan, kita sudah tidak
pernah bertemu. Aku sering mendengar ceritamu dari Ibu. Kamu yang ke luar
negeri, kamu yang lewat dengan sepeda motor dan beberapa hal lain tentangmu.
Fit.. mungkin
masa akhir SD itu sedikit meniggalkan luka yang sampai sekarang masih terbayang.
Akan lebih baik jika kamu bisa berdamai. Tapi kalau masih teringat, maka coba
untuk memaafkan kami ya
Semoga di usia
dua puluhan ini, kamu bisa hidup dengan lebih bahagia dan dewasa. Kamu juga
menemukan jalan yang kamu sukai. Kamu bertemu impianmu dan mewujudkannya dengan
suka cita. Aku yakin kamu punya cita-cita yang amat menarik untuk diwujudkan.
Kalaupun sudah
bertemu jodoh impian, semoga bisa saling bersama menuju pernikahan yang sakinah
mawadah warrahmah ya Fit..
Oh iya semoga
jika kita bertemu lagi, kita masih bisa bersapa hangat meski tak terlalu akrab.
Maafkan semua salahku ya Fitri
Aku munfkin belum
sempat meminta maaf kepadamu
ARONA SYAIFUDDIN
ZUHRI
Aku bertemu
dengannya di bangku kelas 3 SD,seingatku. Kami tidak akrab. Seperti yang kutulis
sebelumnya, meski telah lama bersama di antara kami ada yang akrab banget juga
ada yang tidak akrab. Mungkin karena perbedaan sifat atau karakter. Aku tak begitu ingat melalui masa-masa
sekolah dengan Arona. Kami juga jarang satu kelompok.
Yang aku ingat
dari sosoknya adalah perawakannya yang tinggi dan kulitnya yang putih, bisa
dilihat dari fotonya ya. Mungkin beberapa kali kami pernah berbincang, mungkin
soal jawaban soal.
Di kelas 8 MTs,
aku bertemu dengannya lagi. Arona yang awalnya melanjutkan sekolah di Gresik
ternyata pulang dan pindah ke sekolahku. Aku pernah menyapanya di koperasi
sekolah ketika ia mulai jadi anak baru,tapi ia tak merespon. Dulu responku
sangat berlebihan, langsung mencap dia sombong dan tak ingat teman lama. Tapi
kalau kini aku ingat lagi, rasanya ia memang tak mendengar karena suaraku
terlalu kecil dan mungkin di luar sedang bising.
Beberapa waktu
lalu aku juga masih melihatnya di akun sosial medianya. Sepertinya sekarang ia
menjadi satpam. Atau ikut akademi tentara? Entahlah. Sepertinya memang semacam
militer.
Ron.. dulu kamu
juga korban bullying. Aku mengingatnya waktu kamu jadi murid baru di Mts.
Teman-temanmu kompak menyembunyikan salah satu sepatu sehingga kamu kebingungan
saat akan pulang. Sedangkan Eky? Sama sama teman kita, malah ikutan ketawa. Aku
tidak tahu kalau gaya berteman laki-laki memang seperti itu, tapi semoga tak
meninggalkan luka yang kamu bawa sampai sekarang.
Lagi pula
sekarang kamu sudah terlihat tinggi besar, mungkin tak ada satupun yang berani
membullymu wkwk.
Kalau kita
bertemu lagi, sudah kupastikan tidak akan menyapa lagi. Selain batasan antara
lawan jenis, karena dulu kita tidak akrab apalagi waktu dewasa.
Aku menulis ini
hanya untuk kenang-kenangan saja dan bersyukur karena punya teman sepertimu.
Kamu baik. Semoga tetap baik sampai sekarang.
AHMAT SUPRIYANTO
Aku kenal Amat
sejak kelas 2 atau 3 kalau tidak salah. Ia tetangga baruku pada waktu itu.
Karena kami tetangga ,interaksi kami lebih sering daripada yang lain. Karena
setiap sore hari juga bertemu di tempat ngaji. Jika menyebut teman lawan jenis
di masa kecil, Ahmat inilah salah satunya.
Sosoknya yang
jail, mudah akrab dan aku rasa tumbuh dewasa lebih cepat. Selaras dengan tinggi
badannya wkwk.
Cukup banyak
kenangan bersama Ahmat, tapi aku kok lupa ya
Kami belajar
kelompok sering,pulang bareng juga sering, aku main ke rumahnya juga sering.
Banyak hal yang kita lalui bersama intinya.
Aku masih sempat
chating WA dengannya setahunan yang lalu. Dimulai dari obrolan facebook, lanjut
instagram lalu Wa. Sekarang sih gak pernah. Alasanku masih sama, aku tidak
ingin dari chat tersebut berlanjut menarus rasa.
Harus tetap
diakui bahwa sedekat apapun kita di masa kecil, saat dewasa kita menjadi 2
magnet yang berseberangan. Meski mulanya hanya teman, aku tak yakin bahwa
saling menaruh perhatian akan membawa kita tetap pada hubungan pertemanan yang
murni. Mungkin aku yang takut baper.
Meski kami
tetangga, tapi juga jarang bertemu. Bahkan saat lebaran. Aku juga malu untuk
bertemu dia. Manusia mudah canggung dan kikuk sepertiku ini masih belum berani
menantang badai wkwk
Baiklah,Mat..
Semoga kamu tak berpikir aku sombong ya. Aku hanya malu kok. Semoga semakin
dewasa, kita bisa saling menghargai diam-diam. Saling lihat story wa tapi tidak
balas bukan berarti hanya sekadar melihat, tapi juga menunjukkan eksistensi
kita di dunia. Jadi kamu ataupun aku, masih bisa saling tahu bahwa kita masih
hidup di dunia ini. Menjalani kehidupan yang tentu saja penuh suka duka.
Baru-baru ini aku
lihat Ahmat suka naik gunung. Ia juga memilih bekerja dari rumah, entah apa
pekerjaanya. Semoga sukses ya ..
MAYA SHINTA INAYATI
Sosok cantik yang
biasa dipanggil Shinta ini adalah primadona kelas. Sepertinya ia yang paling
cantik diantara kami bertujuh. Kulitnya putih,juga badannya tinggi.dia juga
ramah,untuk itulah banyak teman.
Aku mengenalnya
sejak di bangku kelas 1 mungkin, tidak ingat pastinya. Tapi mulai akrab sejak
kelas 3. Kalau sesama perempuan pasti banyak kenangannya. Sejak kelas 3 SD kami
juga sudah membahas tentang orang yang kami sukai. Hah? Jadi sejak itu kami
mulai mengenal pacaran? Bisa jadi sih, tapibelum jelas gambaran detailnya soal
pacaran.
Sosoknya yang
cantik sering ditaksir oleh teman sekelas. Dan begitulah, masa kecil kami pun
rupanya sudah diwarnai dengan intrik romansa yang cukup lebay kalau diingat
sekarang.
Panggilan sayang
yang absurd, isi sms yang menggelikan juga surat-surat gombalan yang bikin
illfeel kalau sekarang.
Sekarang Mbak
Shinta ini sudah bersuami. Rumahnya juga semakin dekat dengan rumahku. Tapi
lebaran bulan ini kami tak bertemu. Aku yakin ia masih ramah seperti biasa. Ia
masih menyapaku kalau ketemu dengan suara khas lantangnya.
Semoga pernikahanmu langgeng ya Mbak.. Aku tau masih tua aku, tapi sejak dulu aku memanggilnya mbak. Semoga nanti kalau kita ketemu lagi masih bisa say hello dengan cukup hangat. Banyak hal baik yang kuterima darimu di masa lalu. Terima kasih sudah mau berteman denganku.
YUSPENI ELI
NURJANNAH
Ia termasuk teman
terbaikku sejak dulu. Saat aku merasa sendiri karena teman yang biasa akrab ada
maunya hilang, ia yang bisa berbagi banyak hal denganku. Kebetulan kami
memiliki hobi yang sama,yaitu baca buku di perpustakaan. Bahkan mungkin
dibanding aku, mbak yus ini yang suka baca buku. Saat teman-teman yang lain
bermain volly, kami biasa duduk berdua, berbincang kadang membaca buku di
perpus.
Satu hal yang aku
sesali adalah aku pernah menulis hal kurang mengenakkan waktu SD. Aku sudah
minta maaf, tapi semoga hal itu tak menjadi luka hingga hari ini. Takut sekali
menjadi penyebab orang lain terluka. Apalagi ia adalah orang yang sangat baik.
Tanpa ada dia, mungkin masa SD ku akan sulit dilalui.
Di usia 20 an ini
lagi-lagi media sosial lah yang berperan mempertemukan kami. Tidak selalu
saling sapa, tapi kami saling follow dan tahu bahwa kami masih ada di dunia
ini. Aku juga sedikit tahu tentangnya yang terlihat suka K-POP.
Semoga sukses ya
Mbak Yus..
Kami terakhir
bertemu saat di kereta menuju Surabaya. Kami kebetulan satu gerbong dan sempat
berbincang sebentar.
Sedikit yang
kuamati mbak Yus lebih gaul deh hehehe. Ia juga terlihat akrab dengan stranger
di kereta. Aku tebak ia suka berkenalan dengan orang baru. Semoga tetap dalam
lingkaran yang positif ya mbak yus
Semoga ketika
kelak kita bertemu lagi, bisa tetap akrab dan hangat saat bersapa. Mungkin aku
menjadi lebih pendiam,tapi aku usahakan untuk murah senyum dan tidak sombong
hehehe
RIA ARISTINA
Kalau ini aku
sendiri. Sudah banyak sekali yang aku tulis tentang diriku sendiri. Apakah di
bagian ini masih harus diisi? Singkat saja,iya.
Aku tumbuh
menjadi sosok yang pendiam dan agak penakur. Tapi kelebihannya aku bisa dapat
peringkat 1-3 setiap tahun. Untuk itulah teman-temanku tidak ada yang
membullyku. Mereka masih perlu jawaban dariku. Temanku yang lain juga
mengasihaniku karena aku salah satu anak yatim di kelas. Meskipun begitu, bukan
berarti aku sangat pendiam dan bebas dari guyonan teman-teman.
Aku masih
merasakan bagaimana mengejar anak-anak yang begitu iseng kepadaku.
Teman-temanku tak selalu murah hati hingga memperlakukan ku seperti tuan putri.
Sesekali kami masih teman yang setara. Aku juga pernah membuat teman
laki-lakiku menangis.
Sekarang di usia
hampir 25 tahun ini, aku merasakan quarter life crisis . entah kalian apakah
juga merasakan?
PUTRI TANTI
YUNITA
Mbak tanti ini
adalah salah satu teman baikku sejak TK. Ia adalah sosok pemberani dan agak
tomboy. Tentu saja banyak kenangan kami bersama. Yang aku ingat sampai sekarang
waktu aku ulang tahun entah kelas berapa mbak Tanti memberiku kado cangkang
bekicot yang dicat putih. Aku masih menyimpannya sampai Smp. Aku rasa itu unik
dan kreatif. Dan malah berkesan sampai sekarang.
Banyak hal yang
telah kami lalui bersama tentunya. Aku yang dulu juga sering main ke rumahnya.
Aku yang kenal dengan ibu bapaknya, dan aku yang berteduh di rumahnya sebelum
ibuku datang menjemput
Sejak lulus SD ia
bergabung dengan klub pencak silat, dan kabarnya sampai sekarang.
Di usia 25 tahun
ini ia sudah menjadi seorang istri dan ibu. Aku lupa kapan terakhir kali kami
bertemu. Karena aku tak pernah di rumah dan kami tak memiliki kontak atau
saling mengikuti di sosial media jadi tak banyak kabar yang aku tahu. Aku hanya
tahu keadaan terakhirnya dari cerita ibuku.
Aku berharap,
meski sekarang kami beda sirkel dan mungkin pemikiran ,ketika suatu saat
bertemu masih bisa bersapa hangat. Tidak perlu bercerita panjang lebar,hanya
berbincang seadanya tapi dengan sikap ramah saja. untuk membuktikan bahwa
hubungan kami baik-baik saja. lagi pula , pertemuan singkat tersebut bisa jadi
akan menambah wawasan kehidupan untuk kita masing-masing. Terutama aku yang
perlu banyak sekali pelajaran hidup.
PUSI INDRA WATI
Mbak Indra adalah
sosok yang dewasa sejak dulu. Entah sejak kelas berapa kami akrab. Tapi kami
satu sekolah mulai kelas satu. Karena TK kami berbeda. Aku juga sudah beberapa
kali ke rumahnya. Kami cukup akrab. Kami satu kelompok waktu lomba memasak
kelas 6.
Selepas SD kami
memang masih sempat bertemu. Sepertinya aku juga punya kontak WA nya. Hanya
saja, sekarang sepertinya sudah tidak aktif.
Mbak Indra yang
sudah 20 an tahun ini juga sudah mengemban peran sebagai istri dan ibu. Mungkin
aku juga perlu belajar darinya bagaimana menjalani peran ini. Karena usia kami
sebaya, kupikir akan lebih bisa kuterima dan maklumi perasaan itu
Seperti teman-teman yang lain, semoga kalau
nanti kita bertemu lagi, kita masih bisa bersapa hangat dan tak saling
melupakan. Sedikit-sedikit berbagi insight kehidupan juga boleh. Bukan untuk
saling pamer, melainkan saling memahami bahwa setiap manusia pasti memiliki
kesulitan dan kemudahannya sendiri.
Entah peran
sebagai perempuan single dan bekerja sepertiku saat ini, atau peran sebagai ibu
dan istri seperti Mbak Indra dan yang lain pasti ada hal-hal yang bisa
disyukuri maupun hal yang kadang menjadi keluhan.
Semangat mbak Indra ...
NOVIAN ACHMAD
ALDIANSYAH
Sering dipanggil
Diansyah / Dian. Cukup banyak kesan bersama Dian ini. Aku agak ingin ketawa
kalau ingat. Dia ini sosok anak yang memiliki wajah orientalis. Sifatnya cukup baik, bukan tipe laki-laki
gentleman waktu itu. Suka mengganggu banyak perempuan juga.
Hal yang
membuatku berkesan tentang dia adalah saat dia mengaku suka aku waktu kelas 6
SD. Satu kelas tahu. Tapi apakah aku percaya? Dan kami pacaran? Tidak ya.
Sejujurnya cerita
ini perlu diskip saja nggak sih? Malu soalnya. Apalagi sambil nulis aku akan
mengingat semua tingkahnya waktu mengaku. Sangat nggak gentle,terkesan
menye-menye dan lumayan lebay. Emang apa yang diharapkan dari seorang anak
belum genap 12 tahun itu hahaha
Ibuku tahu
tentang hal ini. Dan dulu sering jadi bahan untuk meledekku.
Aku akui Diansyah
ini cukup tampan, tapi sikapnya sama sekali tidak meyakinkan kala itu.
Tetapi kabar yang
tak kalah mengejutkan, aku sempat menerima loh pernyataan dia. Dan kami pernah
berstatus pacaran. Ini benar-benar bukan kenangan yang bagus. Tapi tenang saja,
kami hanya sekadar saling chat, tidak lebih.
Sekarang saat
usia kami 20 an tahun, aku sama sekali sudah tak pernah melihatnya sekalipun di
sosial media. Entah bagaimana keadaanya. Semoga baik-baik saja. dulu dia anak
yang baik. Keluarganya juga religius. Semoga tumbuh besar ini semakin menjadi
baik.
Kalaupun suatu
hari kami bertemu lagi, sangat mungkin bahwa aku akan lupa. Bukan karena aku
melupakan teman lama,tapi karena wajah kami yang sudah berubah. Waktu SMP saja
aku sudah tak ingat wajahnya.
Semoga sehat
selalu ya yan ..
NISSA NOVIA
ALVIANTI
Mbak Nisa,
begitulah aku memanggilnya. Kami kenal sejak di bangku kelas 1. Ia juga termasuk
sosok yang dewasa. Kami cukup akrab. Kami sama-sama tumbuh tanpa ayah sejak
kecil. Mbak nisa ini anak bungsu dari 4 bersaudara. Ia masih punya kakak
laki-laki, mung kasih sayang ayah bisa ia dapatkan dari sang kakak ini.
Dulu kami juga
sering ke perpus bersama, jajan bersama dan banyak hal lain yang kami lakukan
bersama. Mungkin karena sudh terlalu terbiasa, aku jadi tidak ingat momen-momen
penting bersamanya.
Aku tak akan
membicarakan hal negatif di sini. Untuk itulah aku hanya akan mengingat banyak
kebaikan. Sepertinya ia yang sering menasehatiku agar aku tak terlalu
ikut-ikutan teman. Sepertinya ia juga yang menasehatiku agar bisa memilih
sendiri. Dulu aku cukup plin-plan, dan mungkin sampai sekarang.
Di usia 20an
tahun ini, aku sama sekali belum pernah bertemu dengan Mbak Nisa. Entah di
sosial media maupun tak sengaja bersimpangan di jalan. Mungkin juga aku akan
lupa ketika kami bertemu lagi. Karena perubahan wajah atau yang lainnya.
Sama seperti
teman yang lain, semoga kalau nanti kami bertemu, kami masih bisa saling
mengenali meski lamat. Dan bisa memberanikan diri untuk saling sapa. Tak perlu
bicarakan hal terlalu banyak. Cukup kabar serta senyum yang tulus sebagai teman
saja hehehe
Semoga Mbak Nisa
baik-baik saja yaaa ..
MU’ALIM
Nama yang singkat
dan sering dipanggil Alim saja. pembawaan dirinya selalu tenang,tapi ia selalu
juara kelas. Kami berteman sejak TK. Membicarakan ini aku jadi ingat kalau aku
dan dia pernah tampil bersama waktu perpisahan TK. Dia cukup pendiam, tapi
tidak ansos. Kupikir karena dia pintar maka tak mungkin teman-teman yang lain
membiarkannya sendiri. Kami masih butuh dia untuk mengajari kami. Namun bukan
berarti berteman dengan Alim hanya karena memanfaatkannya saja. aku rasa Alim
adalah anak yang kuat, sekalipun ia sendiri ia pasti bisa bertahan.
Aku sedikit tahu
latar belakang keluarga dan kesehariannya waktu kecil. Sangat mengagumkan. Ia
sudah sering membantu orangtua, bukan anak yang nakal dan prestasinya terbukti
sampai tingkat provinsi. Ya, waktu itu ada seleksi olimpiade bersamaku, dan
Alim juara 1 se-kecamatan dan lanjut ke tingkat kabupaten. Sedangkan aku sudah
gugur di tingkat kecamatan. Aku tak pernah bisa mengalahkannya. Ia selalu juara
1. Padahal di rumah banyak pekerjaan yang ia lakukan.
Di usia 20an
tahun ini, aku masih sering melihatnya di sosial media. Tapi cukup canggung
menyapa dan tak perlu juga. Sekarang kami sudah sama-sama dewasa, untuk apa
saling chat pribadi. Sebenarnya aku yang takut. Fitnah antar lawan jenis itu
kan selalu menyambar-nyambar. Jadi meskipun kutemui lagi akun-akun sosmed
temanku yanglaki-laki, aku tak pernah menunjukkan atensi seperti like,komen
bahkan mengirim pesan.
Sejauh yang
kulihat di sosmed, Alim tampak hiduo seperti layaknya manusia dewasa. Bekerja
dan berlibur, selepas itu tentu banyak tapi mana mungkin ada di sosial media
semua?
Karena kami satu
desa, sangat mungkin kalau di masa dewasa ini bertemu kembali. Aku harap juga
mengenali wajahnya dan menyapa dengan cukup sopan, tanpa menggebu-gebu atau
mempermalukan diri sendiri. Tetap merasakan hubungan pertemanan, meskipun
mungkin canggung.
Semoga baik-baik
saja ya Lim, aku tahu kamu sekarang di Surabaya dekat tempatku bekerja. Tapi
kita memang tak perlu bertemu dengan pertemuan yang disengaja.
KHOIRUDIN
Satu temanku ini
biasa dipanggil Udin. Kami berteman juga sejak TK. Sifatnya yang lucu dan
sering jail menambah suasana kelas jadi semakin berwarna. Ada kesanku padanya.
Dulu ia juga seringjail kepadaku.
Dia anak yang
baik. Nilainya selalu rendah, tapi itu semua bukan salahnya. Bukan juga karena
ia tak belajar. Ia tumbuh di keluarga yang sangat sederhana dan banyak saudara.
Waktu kelas
5,wali kelas kami sangat memperhatikannya. Bukan pilih kasih, tapi di antara
kami sekelas memang ia yang perlu dibimbing dengan intens agar kami bisa
sama-sama lulus, tanpa ada yang tertinggal.
Orang-orang
sering memandang rendah Udin. Entah karena latar keluarganya atau sikap Udin
yang memang kadang menjengkelkan,tapi jika kupikirkan sekarang berat juga
menjadi Udin.
Entah kapan kami
terakhir bertemu. Sejak dewasa ini aku tak pernah lagi bertemu jejak
digitalnya. Semoga ia juga menjalani kehidupan yang baik. Tak terjerumus pada
hal-hal yang buruk.
Kami juga ada
kemungkinan bertemu kembali. Lagi lagi aku akan mengatakan mungkin aku tak
ingat ketika melihat wajahmu yang sudah dewasa ini. Karena Udin tak
meninggalkan jejak digital sama sekali.
Kalau kamu
mengenaliku, semoga bisa menyapa dan memperkenalkan diri kembali, sehingga aku
juga akan menyapa dan menanyakan kabarmu dengan cukup sopan.
Semoga selalu
baik-baik saja ya, Din..
HENDRIK FEBRI
KURNIAWAN
Dipanggil
Hendrik. Cukup banyak konflik yang terjadi antara kami di waktu SD dulu. Tinggi
badannya hampir sama denganku.cukup muda karena lahir di tahun 2002. Kami satu
kelas sejak kelas 1 SD. Tentu saja tidak ingat bagaimana perkenalan kami.
Aku hanya ingat
kalau dia sangat berisik dan jail. Membuatku geram setengah mati kalau sudah
berurusan dengan dia. Tapi dia cukup cengen, sepertinya salah satu hal yang
kuingat pernah membuat dia menangis sekali saat kelas 6 SD.
Kalau tentang
kebaikannya. Ada satu yang kuingat. Waktu itu kelas 4 SD, aku menjadi anggota
cadangan regu pramuka yang ikut berkemah. Saat rombongan sudah tiba di sekolah
setelah acara selesai, tak ada yang menjemputku, waktu itu sore hari. Tiba-tiba
Hendrik dan ayahnya menawarkan bantuan untuk mengantarku pulang. Entah kenapa
nulis ini aku jadi ingin nangis. Ayahnya yang terkenal orang madura yang keras
ternyata tergerak untuk mengantarku pulang. Aku tak ingat apakah aku sudah
berterima kasih atau belum. Kalau belum, terima kasih banyak ya Hend..
Di usia 20 an
tahun ini, aku masih sesekali melihatnya di sosial media. Tentu saja tak akan
mencoba sok akrab atau mengiriminya pesan. Cukup ikut bahagia, melihatnya
baik-baik saja. terakhir kami berkirim pesan saat membahas jurusan IPA atau IPS
kalau nggak salah.
Semoga kamu
baik-baik saja
Pertemanan masa
kecil, apalagi yang tidak mendalam mungkin hanyaakan jadi cerita yang
terlupakan, tapi memang begitulah kehidupan. Manusia datang dan pergi
bergantian
GUNTUR ADI
PRASETYO
Guntur, begitulah
kami memanggilnya. Kami mulai satu kelas juga sejak kelas 1. Di antara kami
sekelas, dialah yang paling melek teknologi . di rumahnya ada komputer. Saat
kami baru mengenal komputer atau belajar mengoperasikannya di kelas 4,ia tentu
sudah lebih dulu. Aku yakin akun facebooknya sudah terbentuk sejak kami masih
jauh dari mengenal facebook.
Sebagai salah
satu rival juara di kelas, ia cukup banyak menarik perhatianku. Kami juga
sering bertinteraksi soal pelajaran. Aku kan kesampingkan perasaan yang pernah
ada. Kali ini cukup bahas soal pertemanan.
Dia anak yang
humble dan tak suka kekerasan. Paling modern di antara kami. Di Sekolah Dasar
ia sudah menjadi fanboy SNSD, girlband yang baru kuketahui keberadaanya saat
aku MTs mungkin dan semakin kuakrabi sekarang. Jadi sudah bisa diperkirakan
kalau ia mulai buka youtube, google dsb sejak kecil. Aku lihat dia juga sangat
tertarik dengan komputer dan jaringan, wkwk sok tahu ya.
Di usia 20 an
tahun ini, aku membuat akun IG baru. Dan belum kutemui akunnya,jadi aku tak
mengikutinya. Sesekali aku masih lihat storynya di Facebook, bahkan foto-foto
ini aku dapatkan di akun facebook miiknya.
Semoga apapun
yang kamu kerjakan adalah hal yang baik ya gun..
Mungkin akan
sulit bagi kita bertemu lagi. Aku lihat kamu sudah ada di Kalimantan lagi. Lagi
pula meski satu desa, ada banyak kemungkinan yang membuat kita tak bertemu. Aku
harap kamu melupakan hal-hal yang pernah kamu ketahui tentang perasaanku,
itupun kalau kamu tahu hahaha
Kehidupan dewasa
adalah kehidupan yang realistis. Aku akan berisaha tenang dan menyapamu dengan
cukup sopan kalau bertemu lagi. Tidak bertindak sembrono yang akan membuatku
malu. Alasan kenapa tidak menyapa di sosial media, karena kita sudah dewasa.
Tak pantas untuk saling bertukar chat tanpa ada kepentingan yang jelas. Aku
sempat ada keinginan untuk meminta bantuanmu membuka blog probadi beserta cara
mengaturnya, tapi urung karena masih ada cara lain yang kupilih, tidak harus
kamu.
Semoga hidupmu
baik-baik saja ya Gun..
ALDO EKA PRASETYA
Dipanggil Aldo
oleh kami. Cukup kocak anaknya, tapi sedikit Nerd deh. Tentang Aldo ini memang
lumayan sulit menjelaskan. Aku akui bahwa menulis tentang setiap teman itu gak
semua sama, ada yang 500 kata pun rasanya kurang, ada juga yang tidak tahu mau
diisi apa.
Aldo cukup baik.
Bukan provokator ulung yang suka menjadi penggerak teman yang lain melakukan
sesuatu. Sepertinya aku ingat dulu ia pernah menangis,entah karena apa.
Kami cukup baik
dalam berinteraksi, meskipun mungkin hanya sekedar berbagi kunci jawaban.
Mungkin karena
kami hanya bertemu di sekolah saja, jadi aku tak ingat betul kejadian apa yang
kulalui bersama Aldo.
Di usia 20an
tahun ini, aku juga tak pernah melihat jejaknya lagi. Jadi aku tak tahu
bagaimana rupanya sekarang. Yang pasti semakin dewasa. Kemungkinan kami bertemu
kembali sepertinya 0% deh, karena jarak rumah kami cukup jauh dan kabarnya dulu
dia bukan asli orang desaku.
Meskipun begitu,
jika suatu hari kita bertemu dan kamu mengenaliku do, semoga bisa bersapa.
Tentu tidak ada maksud apapun kecuali hanya bersapa saja.
Semoga hidupmu
baik-baik saja ya do..
DIMAS AFFAN TRI
KUSUMA
Biasa dipanggil
Dimas. Perawakannya tinggi. Dia cukup baik dan soft spoken.
Satu hal yang
kuingat dari Dimas adalah waktu ia bersama Guntur, hendrik dan Aldo berangkat
ke Gresik untuk lanjut SMP, ia menelponku. Sepertinya aku tahu kenapa ia
menelponku, mungkin karena ia tahu bahwa diam-diam aku akan memberi surat
kepada Guntur.
Di usia 20an
tahun ini ,ia sudah menikah. Aku menemukan kabar itu di sosial media tentunya.
Semoga bahagia ya
Dim
Keluarga yang
dibangun menjadi keluarga yang sakinah,mawaddah dan warrahmah.
Perjalanan
menjadi suami akan berlanjut menjadi ayah, insyaAllah
Waktu sudah
berlalu sekian lama ternyata. Anak yang dulu masih sering chat alay (bukan
denganku) sekarang sudah berperan sebagai suami dan kepla keluarga. Peran ini
tentu tak mudah, semoga kamu bisa melewatinya
EKY DEIS ANGGA
Biasa dipanggil
Eky. Dulu tidak cukup akrab sepertinya ya, tapi mana mungkin tak berinteraksi
sama sekali. Eky adalah golongan anak yang tergabung dalam grub dewasa, dalam
artian semenjak kelas 5 ia sudah tidak lagi main main dengan kami. Waktu
istirahat mereka membentuk suatu kelompok untuk membahas soal entahlah mungkin
motor, game atau yang lainnya. pokoknya sudah tak mengenal yang namanya saling
kejar-kejaran atau permainan anak-anak.
Dia cukup baik.
Agak pendiam tapi lumayan cool. Aku kenal dia mungkin di bangku kelas 3.
Dan gak nyangka
kita satu MTs juga akhirnya.
Di usia 20 an
ini, aku juga sedikit tahu kehidupannya lewat sosial media. Menjadi pekerja
migran di negeri tetangga. Tentu saja tak akan menyapa meski hanya komen atau
like story, itu cukup sensitif.
Semoga hidupmu
juga baik-baik saja ya Eky
Di masa dewasa
ini kita mungkin saling tahu dari sosial media masing-masing, atau hanya aku
saja yang tahu, bisa jadi sih. Dulu aku mengkhawatirkan hubungan pertemanan
yang rusak, tapi sekarang aku paham bahwa perkenalan kita dengan manusia lain pasti
ada masanya. Di kehidupan ini ada banyak manusia yang datang dan pergi, mereka
membawa ceritanya masing-masing.
Kemungkinan kita
bertemu lagi hanya tipis. Tapi kalau itu terjadi, semoga bisa saling sapa. Atau
saling memberi senyum. Aku mengenali wajahmu karena ada di sosial media,tapi di
kehidupan nyata tanpa pakai kaca mata mungkin akan sulit.
Pasti berat ya
bekerja di Taiwan? Semoga sukses ...
ROKHIM DONI
IRAWAN
Biasa dipanggil
Doni. Dari ekspresi wajahnya sudah bisa ditebak kan kalau ini anak istimewa. Ia
yang paling banyak tingkah di kelas. Sikapnya menyebalkan tapi dia juga baik.
Aku bertemu dengannya mungkin kelas 2 SD. Sepertinya kami tak sekelas sejak
kelas 1.
Dia terkenal
karena nakal, entah di kalangan sekolah maupun di desaku. Tapi aku akan menulis
kebaikannya saja.
Dulu Doni lah
yang menjadi teman ketika pulang sekolah sendirian. Dia pernah mengajakku
bersembunyi di balik lereng tanah saat di desaku ada desas desus penculik.
Waktu kelas 6, saat kami harus pulang paling akhir karena ada tambahan les,ia
juga yang memberiku tumpangan. Ia pernah membuatku menangis, tapi ia juga minta
maaf.
Di usia 20an
tahun ini, kabarnya ia juga sudah menikah. Aku jarang melihatnya. Sesekali di
sosial media ia menjadi viewer storyku.
Semoga hidupmu
lebih baik ya Don
ERIK WIDYA
Biasa dipanggil
Erik. Ia juga termasuk golongan anak-anak yang dewasa. Perkumpulannya adalah
sesama laki-laki, entah apa yang dibahas. Dia baik. Tapi aku tidak terlalu
ingat interaksi apa yang biasa kita bahas. Mungkin karena kita tidak dekat.
Sepertinya sejak
kecil ia sudah mengerjakan pekerjaan laki-laki dewasa seperti cari rumput dan
yang lainnya. perkumpulannya di luar sekolah juga dengan yang lebih dewasa. Ini
berbicara di masa-masa kelas 5-6 ya. Kalau dibawah itu aku sudah lupa.
Di usia 20an
tahun ini, Erik baru saja menikah. Aku tahu kabar ini tentu dari ibuku. Karena
kita satu desa,bahkan ia bisa dibilang masih kerabat.
Semoga hidupmu
juga baik-baik saja ya Er. Kehidupan memang selalu ada pasang surutnya. Tak
selalu bahagia, tenang dan tentram. Semoga kamu bisa mengahadapi setiap gejolak
kehidupan dengan baik.
Aku rasa, aku tak
akan lupa dengan wajahmu kalau kita bertemu lagi kelak. Semoga masih bisa
menyapa dengan sopan dan baik ya
DWI PERMADI
Teman yang cukup
dewasa ini bernama Dwi. Pembawaan diri yang dewasa dan tidak suka
aneh-aneh.sering dipanggil mas Dwi. Kelahiran tahun ’98 yang menjadi teman
sekelas kami. Wajar saja kalau di antara kami ber 21, ia yang paling dewasa.
Cukup sering kami
berinteraksi. Tapi karena interaksi kami baik-baik saja,tanpa drama maupun yang
lain jadi cukup sulit diingat.
Yang paling aku
ingat sih, waktu kelas 4 teman sekelasku yang tidak ada di foto-foto ini
mengirim surat ke dia dan aku yang diminta tolong untuk naruh di tasnya. Dia juga
bukan seorang yang mudah berpacaran, yang kulihat seperti itu sih.
Di usia 20an
tahun ini, kami sempat bertemu di facebook dan lanjut ngobrol di wa. Tapi
sekarang entah aku sudah tak pernah lihat storynya atau memang ia yang tak
pernah update status. Tapi memang seperti yang kujelaskan, aku tak ingin lagi
berbalas story atau chat pribadi secara random. Cukup bahaya fitnahnya.
Semoga kamu jadi
petani yang sukses ya wi. Aku sesekali melihat story wa mu yang menampilkan
tanaman-tanaman yang kamu tanam,
YUNGkA IFANSYAH
Biasa dipanggil
Yungka. Kenapa ia pakai pramuka sendiri? Kalau aku tebak mungkin ia tak masuk
waktu sesi foto. Dia temanku sejak TK. Sifatnya cukup jail. Apalagi no absen ku
dengan dia berurutan , jadiketika ujian dia duduk di sebelahku. Aku cukup yakin
kalau dia suka melirik jawabanku kalau aku tak mau memberinya secara Cuma-Cuma.
Jadi kami sering berinteraksi waktu ujian.
8 tahun mengenal,
tak menjamin kita menjadi manusia yang saling akrab saat dewasa.
Di usia 20an
tahun ini, kamu sudah menjadi ayah. Tentu tanggung jawab sudah semakin besar.
Kamu bukan lagi anak-anak yang suka jail atau suka diam-diam mengintip lembar
jawaban.
Aku yakin kalau
bertemu lagi , sulit untuk menyapa. Selain canggung mungkin wajah kita yang
telah berubah.
Semoga kalau masih saling ingat, bisa saling senyum dan menundukan wajah sebagai sapaan yang sopan.
===================================================================
Itulah
teman-temanku ketika di bangku sekolah dasar. Dengan keunikan dan kepolosan
kami sebagai anak-anak kami menjalani kehidupan dengan cukup menyenangkan.
Tentu saja aku tak tahu pasti bagaimana keadaan mereka saat itu.
Bagaimana
perasaan Mualim yang sedari kecil sudah naik gunung untuk membantu orang
tuanya?
Bagaimana
perasaan Udin yang sedari kecil hidup dengan stigma negatif dari warga sekitar
atas keadaan kakaknya?
Bagaimana
perasaan Fitri yang mengalami pembullyan verbal maupun perbuatan?
Dan anak-anak
yang lain.
Tak semua dari
kami tumbuh dari keluarga cemara seperti Guntur, Dimas atau Arona. Kami hidup
dengan cerita unik kami masing-masing.
Di awal-awal
berpisah dengan mereka aku sempat sangat merindukan mereka. Semenyebalkan
apapun tingkah mereka, mereka adalah bagian dari warna kehidupan.
Di usia 20an
tahun ini, sebagian dari kami ada yang sudah mengemban tugas sebagai ayah,ibu,
suami atau istri. Ada juga yang masih mencari arti hidup itu sendiri.
Mungkin tulisan
ini akan aku baca lagi nanti. Untuk mengingatkanku yang sudah mulai banyak
lupa. Bahwa aku pernah bersama teman-teman seperti mereka. Kenangannya mungkin
akan terlupakan, tulisan singkat tentang mereka inilah yang akan
mengingatkanku.
Komentar
Posting Komentar