MEMBENCI & MENCINTAI

Dalam kehidupan ini, kita pasti akan mendapati berbagai macam tabiat manusia.
Menyadari hal ini, membuat kita tidak lagi terkejut dengan sikap atau sifat mereka. 
Jika ada sesuatu yang terlihat tidak biasa dari orang lain, kita bisa langsung menyimpulkan bahwa inilah memang sisi lain yang jarang dimunculkan. 

Namun rupanya juga tak selalu begitu. 
Kadangkala kita memberi rasa percaya yang berlebih pada seseorang. Atau bisa dikatakan bias dengan seseorang tersebut. Entah pertemanan yang cukup lama, hubungan darah, atau faktor lainnya. Sehingga kita hanya melihat dari satu sisi seseorang tersebut. Sisi baik. 

Ini bukanlah hal yang baik tentunya. Karena seringkali perasaan bias itu bisa membuat kita sulit mendeteksi kebenaran atau malah menolak kebenaran itu sendiri. 

Contohnya saja aku yang memiliki sosok sahabat yang deket banget. Sebelumnya aku memegang prinsip bahwa musik itu haram, tapi karena sahabat ku tadi memiliki pendapat yang berbeda dan juga bukti pendukung yang lengkap aku jadi merubah prinsip ku sendiri. Padahal aku berprinsip seperti itu karena baru saja menyimak kajian yang menerangkan secara gamblang hukum musik tersebut. 

Sikap yang benar seharusnya sebisa mungkin aku menasihatinya dan membagikan ilmu yang aku dapat sebelumnya, dan bila dia memiliki pendapat yang berbeda mungkin aku bisa menghargai pendapat nya tanpa pernah merubah prinsip yang telah aku yakini dengan mantab. 

Dan aku kira masih banyak hal-hal seperti ini dalam kehidupan. Mungkin untuk sesuatu yang tidak bersifat terikat dengan hukum agama, kita bisa sedikit bertoleransi. Tapi parahnya kalau sampai mengorbankan keimanan kita. 

Kesimpulannya mencintai atau membenci seseorang cukuplah sekedarnya saja. Dengan porsi yang tepat. Karena kita tidak bisa mengambil patokan kebenaran suatu hal hanya dari seseorang saja. 

Surabaya, 25 Januari 2024

Komentar