𝙈𝙀𝙉𝙂𝙀𝙉𝘼𝙉𝙂 𝘽𝘼𝙋𝘼𝙆
Beberapa hari lalu ke rumah mbak Dila lagi. Bertemu ibuk, mbak dila, Bassam , Rumaysho dan mas Arip.
Senang tentunya. Tak bertemu Bassam sebulan saja rasanya sudah banyak yang berubah. Ya pastinya, tanda pertumbuhan dan perkembangan yang terus berjalan sepanjang usia. Bassam sudah mulai bisa menirukan kata-kata yang kami ucapkan. Bisa juga meneruskan sendiri satu suku kata terakhir dari nama sebuah benda atau sesuatu. MasyaAllah.
Februari 2025,usianya sudah dia tahun.
Lanjut sesuai konteks ya..
Hari Jumat, waktu aku mau berangkat lagi kerja. Ada sedikit obrolan dengan ibuk tentang sosok Bapak. Ah rasanya ingin berlama-lama dengan obrolan seperti itu. Dulu, waktu kami masih kecil, ibuk sering sekali bercerita tentang masa lalu, termasuk tentang bapak. Mungkin itu bagian dari self healing, tapi itu pulalah yang saat ini sering aku rindukan.
Tak memungkiri bahwa kian dewasa cerita tersebut sering tak terdengar.
Bapak meninggal setelah seminggu pulang ke Blitar. Tujuan awalnya untuk menjemput aku dan ibuk yang akan dibawa ke kota Kediri untuk merintis usaha lagi. Tapi Qodarullah, sampai di Blitar malah sakit dan sempat koma saat dibawa ke rumah sakit. Dan akhirnya meninggal tersebut.
Tentu saja mendengar cerita seperti ini mataku berkaca-kaca, bahkan ibu yang saat itu menggendong Rumaysho juga tampaknya berkaca-kaca juga. Kepergian bapak sudah 22 tahun yang lalu, tapi ibuk masih memiliki memori yang begitu jelas untuk diceritakan kepada kami, anak-anaknya.
Sedikit cerita tentang hari-hari terakhir bapak ini semoga bisa jadi cerita yang membuatku bersyukur memiliki bapak sepertinya dan ibu seperti ibuk ❤❤
Surabaya, 01.12.2024
Komentar
Posting Komentar