𝙍𝙀𝙎𝙄𝙂𝙉
𝙏𝙚𝙣𝙩𝙖𝙣𝙜 𝙠𝙚𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣𝙖𝙣 𝙧𝙚𝙨𝙞𝙜𝙣
Topik resign sebenarnya sudah mampir di kepalaku sejak 2tahun silam atau bahkan lebih dari itu. Karena rencana awal aku kerja disini cuma 2 tahun saja untuk membantu ibuk melunasi hutang. Setelah ambil ijazah dan hutang lunas aku berencana untuk daftar kuliah dan memulai pekerjaan baru sebagai penulis. Sebenarnya penulis bukan tujuan utama, dulu yang paling aku ingin adalah masuk pesantren gratis yang bukan hanya mempelajari ilmu agama atau alQuran saja, tapi pesantren yang mengajarkan tentang skill menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan. Sudah ada gambaran waktu itu tempat mana yang aku tuju.
Namun akhirnya memang niat dan tekad itu yang kurang kuat, usahaku juga lemah sekali, tidak fokus dan terlalu banyak hal yang ingin diwujudkan. Jadinya semua terbengkalai. Begitu sih menurutku. Dan membawaku pada tahun ke-5. Rasanya di 2 atau 3 tahun terakhir topik yang sering muncul adalah bosan, resign, dan berhenti.
𝙏𝙖𝙝𝙪𝙣 𝙠𝙚-𝙡𝙞𝙢𝙖 𝙞𝙣𝙞?
Rasanya semakin mendorongku untuk resign karena alasan bosan, jenuh, merasa stuck dan tidak berdaya. Tapi di sisi lain aku belum cukup tabungan. Ini tentu menjadi dilema. Sedangkan penghasilan tambahan aku juga belum ada. Kadang kalau keinginan resign itu begitu kuat, rasanya saat itu juga ingin angkat kaki dan berpamitan. Realitanya? Aku akan tetap diam sembari menghibur diriku dengan aneka hiburan agar rasa itu berkurang bahkan hilang.
𝙃𝙖𝙧𝙪𝙨𝙣𝙮𝙖 𝙗𝙖𝙜𝙖𝙞𝙢𝙖𝙣𝙖?
Tentu saja yang harus dilakukan adalah merencanakan baik-baik secara matang keputusan resign tersebut.
Keputusan tanpa rencana adalah sesuatu yang gegabah dan pasti akan berakhir sesal.
Aku belajar dari teman dekatku. Dia juga resign dari tempat bekerjanya baru-baru ini. Semoga keputusannya itu tak membawa sesal karena setelah resign ia harus mencari pekerjaan baru dan terpaksa meninggalkan kuliah nya karena keterbatasan biaya. Waktu itu sudah kutanya apa uangnya cukup untuk bertahan setelah resign dan ia jawab cukup. Aku tak terlalu menyalahkannya, karena mungkin aku akan berbuat hal yang serupa jika aku tak ingat ibu dan keluarga.
Kembali ke topik. Harusnya merencanakan dengan baik keputusan resign tersebut. Memberi jangka waktu maksimal. Sudah memiliki tabungan yang cukup untuk bertahan selama 6 bukan ke depan. Memiliki skill yang menghasilkan sebelum memulai kembali bekerja di sebuah toko atau perusahaan. Berdoa dengan serius untuk memantabkan hati.
𝙅𝙖𝙙𝙞 𝙧𝙚𝙨𝙞𝙜𝙣𝙣𝙮𝙖 𝙠𝙖𝙥𝙖𝙣?
Kalau sudah siap dengan tantangan mencari kerja. Kalau sudah punya tabungan untuk bertahan hidup. Kalau sudah memiliki skill yang menghasilkan, misal menulis.
Pikirkan baik-baik ya sebelum benar-benar memutuskan untuk resign
📝sebuah catatan untukku yang ingin resign
18.12.2024
Komentar
Posting Komentar